Monday, September 23, 2013

macam-macam Senyum

Perjalanan naik kereta listrik commuter rupanya asyik juga, banyak pengalaman didapat disana.


Di stasion keberangkatan, semua orang berbaris menunggu kereta listrik, semua bergerak saat kereta listrik datang, berbondong menuju pintu kereta, berjejal, berebut masuk, bertarung memperebutkan tempat duduk.

Pemenangnya sudah pasti gembira, bangga, ia membusungkan dada, sambil menghempaskan diri ke kursi empuk, ia tersenyum, senyum kemenangan.

Beberapa saat kemudian, kereta mulai jalan lagi, tetapi mengapa senyum sang pemenang berangsur menghilang, Rupanya ia mendengar bisikan, nurani, “pasti saja engkau menang, badan kamu kekar, sedang yang engkau kalahkan adalah kaum lemah, para ibu dan lanjut usia”, kebanggaannya menyurut, ia telah mengabaikan hati nuraninya, ia menunduk, malu.

Di sudut lain, ada yang juga tersenyum, senyum lain, senyum kecut, rupanya ia tidak menerima dikalahkan, tak bisa menerima kenyataan bahwa karena lemah kerap kalah.

Di tempat duduk yang lain, tampak seorang nenek bersama cucunya juga tersenyum, senyum bahagia, bersyukur, rupanya mereka baru saja diberi tempat duduk oleh seseorang sebaya, mereka mendoakan.

Di dekat pintu, berdiri seseorang, tampak tersenyum bahagia, sangat bahagia, rupanya pemberi tempat duduk, ia bahagia melihat orang lain bahagia, lebih lagi karenanya. Kata orang bijak, ini merupakan tingkat kebahagiaan yang paling tinggi, mengikuti hati nurani, berhasil membahagiakan, kebahagiaan semacam ini tak cepat sirna, bertahan lama.

Banyak pilihan senyum, terserah mana yang akan dipilih.

(atenSuharto) as130923

No comments:

Post a Comment